Wednesday, November 18, 2009

Twitter, Berhala Baru Kaum Yahudi

YERUSALEM (SuaraMedia News) – Selama berabad-abad, orang-orang Yahudimenuliskan segala macam doa dan pengharapan mereka dalam secarik kertas, kertas tersebut kemudian dimasukkan ke dalam celah “retakan kuno” di tembok ratapan yang terletak di Kota Tua Yerusalem.

Akan tetapi, dengan berkembangnya teknologi, dalam beberapa tahun terakhir, orang-orang Yahudi “diperbolehkan” untuk mengirimkan doa dan harapan mereka melalui fax maupun e-mail, bahkan yang terbaru, mereka juga bisa mengirimkan doanya dengan perantara Twitter.

Tembok ratapan kini sudah memiliki akaun tersendiri di situs jejaring sosial Twitter. Hal tersebut bererti bahawa orang-orang Yahudi yang ada di seluruh dunia dapat mengirimkan doa mereka kepada susunan batu yang – kabarnya – berusia 2.000 tahun tersebut tanpa harus beranjak dari sofa mereka.

Penggagas layanan tersebut, Alon Nil, mengatakan bahwa kaum Yahudi kini bisa mengirimkan doa mereka melalui perantara Twitter, doa-doa mereka kemudian akan dicetak, lalu dibawa ke tembok ratapan, dimana kemudian, kertas cetakan tersebut akan bercampur dengan ribuan kertas tulisan tangan yang dimasukkan oleh para pengunjung yang meyakini bahwa permintaan mereka akan dikabulkan dengan lebih cepat oleh Tuhan jika memasukkan permohonan ke tembok tersebut.

Ekonom berusia 25 tahun tersebut mulai membuat halaman Twitter khusus tembok ratapan sejak tiga minggu yang lalu, sejak saat itu pula, halaman tersebut sudah kebanjiran ribuan doa dari kaum Yahudi.

“Segalanya bermula tidak berselang lama setelah peristiwa kerusuhan Iran, saya kemudian menyedari betapa potensialnya Twitter,” kata Nil. “Jumlah pengguna Twitter amat banyak dan seolah tidak terhitung, saya kemudian memikirkan sebuah cara baru dan kreatif yang bisa saya lakukan untuk kepentingan orang-orang Israel.”

Ketika pemerintah Iran memblokir media-media tradisional pasca pemilihan presiden pada bulan Juni lalu yang disusul dengan demonstrasi yang rusuh, warga Iran mempergunakan Twitter untuk saling berbagi informasi dan foto dengan dunia luar.

Nil sebenarnya memonitor Twitter hanya sebagai hobi, namun dia berharap bahwa apa yang ia lakukan dapat membantu orang-orang (Yahudi) dari seluruh dunia.

“Sebutkan satu nama negara, saya sudah pernah mendapatkan doa dari negara tersebut,” katanya. “Saya berharap bahwa dengan mengirimkan doa melalui Twitter, maka kaum Yahudi dapat merasa terbantu. Jika seorang Yahudi memiliki keinginan, ia tinggal menuliskannya dalam 140 karakter atau kurang, maka ia sudah bisa langsung mengirimkannya.”

Kebanyakan dia dari kaum Yahudi dikirimkan melalui pesan pribadi, namun Nil justru mendorong “para pengikutnya” untuk mempublikasikan doa dan harapan mereka. Akan tetapi, baru segelintir orang – seperti seorang Yahudi yang hanya menyebut diri sebagai Yonatan – yang bersedia mempublikasikan doanya agar dapat terlihat oleh umum.

“Terpujilah Hashem atas segala yang telah ia berikan kepada saya, semoga ia memberkati segala usaha saya dan membimbing saya menuju kebijakan dan kebenaran,” tulisnya pada hari Rabu lalu, ia mempergunakan sinonim dari Tuhan dalam bahasa Ibrani.

Kaum Yahudi mengklaim bahwa tembok ratapan di Kota Tua Yerusalem, adalah satu-satunya yang tersisa dari bekas kuil Yahudi. Yahudi meyakini bahwa Kuil Solomon dihancurkan oleh bangsa Babilonia pada tahun 586 sebelum Masehi. Dan kuil kedua, yang dibangun di lokasi yang sama, dihancurkan oleh pasukan Roma pada tahun 70 Masehi.

Mengirimkan doa melalui Twitter tidak dikenakan biaya. Para pengunjung situs pendamping Twitter, tweet Yoir Prayers, diundang untuk memberikan donasi melalui kartu kredit. Situs tersebut memiliki sejumlah link sponsor dari sebuah balai resepsi di Guung Zaitun dan sebuah penerbit buku-buku doa Yahudi.

Kunjungan dari tokoh terkemuka ke tembok ratapan, terakhir kali dilakukan oleh Paus Benediktus XVI, Barack Obama ketika masih menjadi calon presiden, dan Leonardo DiCaprio, yang tiga orang pengawalnya ditangkap karena dianggap menyerang tiga orang fotografer ketika berusaha mengabadikan gambarnya di situs tersebut.

Dalam beberapa tahun belakangan, Yayasan Warisan Budaya Tembok Ratapan, telah mengoperasikan sebuah nomor fax dan sebuah situs internet dimana orang-orang Yahudi dari luar negeri bisa mengirimkan doa mereka dan kemudian dicetak dan ditempatkan di celah-celah tembok ratapan.

Dua kali setahun, tepat pada perayaan Passover pada musim semi dan tahun baru Yahudi pada musim gugur, para rabbi di tembok tersebut mengumpulkan seluruh kertas catatan, yang kemudian dikuburkan sesuai dengan adat Yahudi – yang melarang penghancuran tulisan yang menyebutkan Tuhan, seperti gulungan Torah yang rusak, buku-buku doa, dan bacaan keagamaan lainnya.

Namun Nil tampaknya masih belum siap untuk menyambut banjir antusiasme Yahudi untuk memanfaatkan Twitter. Pada hari Kamis malam, masih ada lebih dari 1.000 pesan yang belum terbaca.

“Saya merasa kewalahan. Saya tidak bisa menangani seluruh pesan yang masuk di Twitter,” katanya. “Yang saya lakukan ini bermula dari hobi, dan saya rasa saya tidak mampu untuk mengelola (halaman Twitter tembok ratapan) seorang diri. Namun saya berupaya agar tidak sampai kehilangan satu doa pun.”

Nil mengatakan bahwa dirinya berharap agar pihak sponsor bersedia membayar seseorang untuk membantu mengelola situs tersebut atau membeli sebuah layanan programming yang akan secara oromatis mencetak doa-doa Yahudi tersebut.

No comments:

Post a Comment